Sabtu, 23 Mei 2009

Masih adakah cinta untukku???

Langit teduhkan bumi dalam malam
dingin membelainya penuh hasrat
bercumbu pada malam yang terang
membuatku semakin larut dalam buaian
Kupeluk dirimu dengan penuh cinta,
berbalut rindu dalam suka.

Begitu indah malam itu.. terasa hangat dan terngiang di benakku hingga saat ini.
Belaian mesra suamiku sangatlah santun, saat membelaiku, ia selalu berkata "sayang..,kau cantik malam ini".
Tak pernah sekalipun ia marah padaku, kalaupun ia kesal padaku, ia selalu cium keningku, genggam tanganku, dan ia berkata"sayang..aku mencintaimu, aku ingin kau lebih baik dari hari ini, aku mohon padamu, jangan kau ulangi lagi ya..". Setelah berkata ia pun tersenyum padaku sembari memelukku dengan erat dan tulus dalam tubuhnya.
Aku rindu suamiku... aku rindu..
Saat suamiku lelah dan ada masalah, ia selalu tuma’ninah dan khusyukkan sholat dan doanya. Ia tunduk penuh harap pada Sang Pencipta sembari cucurkan air mata yang begitu deras. Itulah suamiku...
Aku selalu menunggu saat ia lumayan santai dan barulah aku mengajaknya bicara dan menanyakan masalah apa yang dihadapi.
Dia sangat menghormatiku sebagai istrinya, sungguh aku beruntung mendapatkannya.
00ooo00ooo00

Pertemuan yang singkat membawaku ke pelaminan dan bersanding dengannya.
Pertemuan di Kereta Api yang membawaku ke Surabaya untuk pulang ke Jember, Jawa Timur saat itu tanggal 6 Mei 2003.
Aku tak sengaja bertemu dengannya, aku mendapat nomor tempat duduk 6 D dan dia 6 C. Itulah pertemuan awal kita.
Di sepanjang perjalanan, aku asik membaca buku “Ketika Cinta Berbuah Surga” yang ditulis oleh Kang Abik. Dia penulis favoritku.
Tertegun aku membacanya, air mata pun ku alirkan dari mataku. Sungguh terpesona aku pada tulisan Kang Abik itu.
Seorang pria mengenakan kaos abu-abu dan berjaket hitam insave melirikku. Aku sangat tau dan bisa membaca dari gerakan tubuhnya dan aku tak berani menatapnya.
Deg,deg, deg... “Wuah... jantungku serasa mau copot. Tak pernah aku rasakan hal itu.” Batinku.
Aku bingung, jujur saja aku saat itu salting alias salah tingkah. Teman pria di kampusku dan dalam setiap forum pun teman priaku juga nggak kalah banyak. Tapi, baru sekarang aku merasakan degup jantung yang sangat kencang.
Kata orang kalau deg-degan kencang namanya jatuh cinta???
“Hwaaa.... apa aku jatuh cinta??? Nggak mungkin, nggak mungkin!!! Aku tak mengenalnya!!!” bicaraku sendiri dalam hati.
Kemudian ada mas-mas pelayan di Kereta api lewat dan spontan aku memangilnya.
“Mas, saya pesan es jeruk 1.”
“saya juga mas, 1” pria itu menyela.
Spontan pula aku memutar kepalaku melihatnya tanpa senyum, eh... dia malah manatapku dengan senyuman. Sangat manis senyumnya...
Subhanallaah...
Aku sempat tak berkedip melihatnya.
“Haduuuh.... ampun deh!! Aku nggak boleh suka ma dia!!” tolakku dalam hati.
Terjadi konflik antara mata dan hatiku. Itu nggak boleh terjadi!! Hatiku terus menolak itu.

Sepeninggal mas pelayan itu pergi...
“Mbak berjilbab...mau ke mana??? Tanya pria itu.
“Em... Mau ke Jember mas..”
“Orang Jember toh???”
“Iya mas,,,saya orang jember”
“sudah lama tinggal di jember???”
“cukup lama, semenjak orang tua saya meninggal saya tinggal bersama paman saya di Jember”
“Maaf, saya tlah ingatkan Mbak dengan orang tua mbak.”
“Nggak apa-apa Mas...” Jawabku dengan senyum.
“O iya, mas mau ke mana??? Tanyaku balik padanya.
“saya mau ke rumah guru ngaji saya..”
Wew... ke Guru ngaji??? Sumpah!! Aku kaget banget mendengarnya!!
Pria seperti dia, yang dari penampilannya modern banget dan sangat modis, pergi guru ngaji?? Sungguh sungguh tak bisa kupercaya.
Aku saja yang berjilbab kadang malas pergi untuk ikut pengajian yang diadakan kampus. Dia sampai di “belani” naik KA berjam-jam dari Jogja hanya untuk pergi ke Guru ngajinya.
Daripada aku bertanya-tanya sendiri, aku beranikan untuk bnyak bertanya padanya.
“Mas, guru ngajinya tempatnya di mana??
“Guru ngaji saya ada di Pasuruan”.
Aku kira daerah jawa tengah saja yang tidak begitu jauh dari Jogja. Ternyata tempat guru ngajinya beda provinsi.
“ Ada acara ta mas...???” tanyaku
“Oh.. nggak mbak, saya hanya rindu dengannya, ia sudah sepuh dan saya ingin menemaninya pergi ziarah ke Sunan Giri, beliau sudah sepuh tapi semangatnya untuk dekatkan diri pada Allah masih terjaga, Beliau itu cintaku Mbak..” Cerita dengan logat jawanya yang sangat medhok.
“Cinta????” Heranku
“”Iya Mbak, beliau adalah cintaku karna Beliau, aku bisa membaca Al-quran dan mengajariku sholat sehingga aku bisa mensholati dan mengajikan orang tuaku saat mereka menjadi korban gempa jogja beberapa tahun lalu.”
“Maaf mas.. saya benar-benar minta maaf”
“Tidak apa-apa Mbak.. kita impas. Satu sama. Bukannya tadi aku menyinggungmu tentang orang tua Mbak..”
Aku tersenyum padanya.
Subhanallaah.. Aku makin terkagum-kagum padanya, Dia sangatlah menghargai dan ingat selalu akan jasa Guru ngajinya.
Benar-benar pria yang sangat mempesona. “Siapa ya... yang akan jadi istrinya???”gumamku.
Guru ngajinya saja diingat. Apalagi istrinya... Benar-benar pria idaman.
“Sepertinya aku mulai jatuh cinta pada pertemuan pertama...”batinku.
Aku benar-benar terpesona, tapi itu kan hanya ceritanya belum tentu benar. Aku berkonflik lagi dengan hati.
Susah memang kalau hati sudah bicara.. Tapi.. hatiku sudah benar-benar bicara. Aku suka padanya. Cepat sekali hatiku berkata?? Wah wah wah...

00ooo00ooo00

Setelah beberapa jam kemudian...
KA telah sampai di Stasiun Surabaya. Aku mengambil banyak barang bawaanku, dan ia dengan 1 tas ransel di punggungnya “Mbak.. saya duluan ya...Saya sudah ditunggu oleh supir Guru ngaji saya”
“Oh iya mas.. Monggo...” aku mempersilahkannya.
“Assalamualaykum Mbak..., Semoga kita bisa bertemu di waktu yang lebih indah”
“Waalaykumsalam... Hati-hati” jawab dan pesanku.

00ooo00ooo00

Dalam kereta lanjutan menuju Jember...
Aku mencari tempat duduk yang nomernya sudah tertera pada tiket KA ku.
Bangku sebelahku kosong.. Sepi yang kurasakan karna tidak ada teman ngobrol. Aku keluarkan camilan yang telah aku beli di Stasiun Surabaya tadi.
Aku makan sendiri dan tiba-tiba aku teringat pria itu..
Aku mengngatnya!! Ya!!! Aku benar-benar mengingatnya!!
Sepanjang perjalanan tadi dan selama aku ngobrol dengannya, membuatku sadar akan sempurnanya kita jika kita ingat jasa seseorang.
Aku jadi rindu orang-orang yang telah banyak berjasa padaku..
Aku coba ikuti jejak dan ceritanya, siapa ya guru ngajiku???
Aku benar-benar ingin ikuti dia, dan berusaha menjalin silaturrohim lagi dengan guru ngajiku. Tapi aku tak ingat-ingat juga.
“Aaaaah... lupakan!!!” Aku benar-benar tak mengingatnya lagi.
Dasar tak tau balas budi!!! Marahku pada diri sendiri dalam batin.
Di sepanjang perjalanan, aku hanya menghabiskan banyak makanan yang ada. Belum sampai di Jember saja sudah tinggal bungkusnya saja.
Kemudian aku teringat satu kalimat terakhir yang pria itu ucapkan sebelum kita berpisah di KA pertama tadi.
Aku berusaha kembalikan ingatan seperti menembus lorong waktu. Kata-kata yang sungguh membuat aku penasaran akan maknanya. Tapi apa ya???
Kuingat-ingat kembali sambil memeragakan perkataan ia tadi.
“semoga.... semoga... apa ya???”gumamku.
“semoga bertemu di mana ya????” penasarannya diriku.
“Haduuuuh... ketemu di mana ya??? Di tempat yang indah atau apa ya???” kesalku.
Saking kesalnya aku, sudah sendirian duduk di KA, eh di tambah ingat kata-kata yang benar-benar aku lupa, makanan pun habis. Jadinya kesebelanku komplit plit plit siang itu.

00ooo00ooo00

Waktu sudah menunjukkan jam 2 siang waktu itu. Tinggal beberapa menit lagi sudah sampai di stasiun Kota Jember. Namun aku tetap tak bisa menghilangkan pikiran tentang perkataan pria Kereta tadi.
Aku berusaha melupakannya namun aku masih tetap saja ingat.
Ingat wajahnya, ingat senyumnya, eh di tambah lagi ingat perkataanya. Namun hingga aku hampir sampai rumah pun, aku belum ingat perkataannya tadi.

Hanya itu saja sekelumit kisah pertemuan singkat antaraku dengan pria itu.

00ooo00ooo00

Beberapa tahun kemudian...
3 Maret 2009...
Aku telah menjadi wanita dewasa dan ingin menjadi lebih dewasa dan menunggu siapa yang menjadi jodohku. Aku memang berniat untuk tidak pacaran, karena itu pesan ayah ibu kepada bibi adalah untuk menjodohkanku dengan lelaki sholeh yang paman dan bibi kenal.
Suatu ketika tanggal 9 Maret 2009 tepat pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, paman dan bibi mengajakku untuk mengikuti kajian islami yang diadakan di masjid tak jauh dari tempat tinggal kita.
Di kajian itu, tempat wanita dan pria debatasi oleh taabir. Tabir tebal yang membuat kaum Adam tak bisa melihat kaum hawa begitupun sebaliknya.
Aku menikmati ceramah dari Ustadz Fatih Akbar, ceramahnya begitu enak didengar, Ustadznya begitu ringan menyampaikan walau aku tak bisa melihat wajahnya, kata bibiku dia adalah seorang ustadz muda yang sangat pintar dan cerdas. Dia adalah seorang putra dari Almarhum teman paman yang ada di Jogja, namun ia telah menetap di Jember.
Saat bibi berkata Jogja.. almarhum, Jantungku langsung deg!!!! Aku teringat akan kisah Kereta Api 6 tahun silam.Pertemuanku dengan pria itu yang aku tak tau namanya. Yang aku ingat pria itu orang Jogja dan kedua orang tuanya telah menghadap Allah.
Entah mengapa, jantungku terus berdegup kencang. Seakan aku bertemu dengan pria kereta itu.

11 Maret 2009.......
“An....” panggil bibi padaku.
“Iya bi...,ada apa?? Ada perlu sama Ana???”
“Gini loh An.. Kamu inget kan pesan ayah ibumu kepada paman dan bibi??”
“Pesan yang mana ya Bi..”
“Pesan yang untuk mencarikanmu seorang pria yang sholeh.” Jawab bibi dengan penuh senyuman.
“Oh... Inggih Bi.. Ana ingat, kenapa Bi??”
“Bibi dan pamanmu belum lega kalau belum laksanakan amanah dari almarhum ayah ibumu.”
Aku hanya tersenyum dan mendengarkan bibi dengan seksama.
“Kalau kamu kami jodohkan dengan lelaki pilihan kami, apa kamu mau An..”
“Bi.. jika itu menurut bibi baik, sholeh, dan sesuai yang Almarhum ayah ibu harapkan, saya mau.”
“”Benarkah An...”
“Iya Bi... Saya mau.” Jawabku mantap. Karna aku merasa diriku juga sudah siap. Masalah cinta bagiku bisa dirundingkan lagi. Insya Allah aku bisa mencintai suamiku nanti dengan benar-benar tulus.
“Kami berencana akan menjodohkanmu dengan ustadz Fatih Akbar. Masih ingatkah kau An.. Ustadz yang waktu itu jadi penceramah waktu peringatan Maulud Nabi.”
Kaget banget aku mendengarnya, sungguh tak kusangka kalau aku akan dijodohkan dengan seorang Ustadz. Benar-benar di luar dugaanku.
Bibi bercerita kalau Ustadz Fatih itu lumayan akrab dengan paman dan sepulang ceramah yang lalu itu, Ustadz Fatih ngobrol dengan paman dan saat itulah Ustadz Fatih meminta pada paman untuk mencarikan wanita sholiha untuk diperistri. Paman kaget mendengar permintaan Ustadz itu, kenapa harus minta tolong sama paman. Yang teman paman kan bukan ustadz itu, tapi almarhum orang tuanya. Namun, paman tidak memikirkan alasan kenapa ia minta tolong sama paman, yang penting tujuannya baik saja.
Nah sepulang itu, paman berbicara dengan bibi, dan bibi inginkan aku yang menjadi istrinya karna ustadz itu sesuai harapan almarhum ayah ibuku..

Sorenya....
Paman memegang ponselnya dan mencari nomor telepon dengan senyum-senyum sendiri.
“Assalamualaykum ustadz...”
“Wa’alaykumsalam...” suara pria di seberang.
“Kaifa khaaluk ustadz..”
“Alhamdulillah ana bil khoir..”
Dari pembicaraan via telepon, paman mengiyakan dan memberitahu ustadz kalau wanita sholihanya sudah dapat. Dalam pembicaraan di telepon, ustadz Fatih merasa tak percaya dan ingin secepatnya berkenalan dengan wanita itu.
Paman merencanakan besok siang jam 10.00 adalah awal pertemuan kita. Paman mengundang Ustadz Fatih untuk datang ke rumah.
Ustadz mengiyakan, dan seketika itu bibi yang mendengarkan pembicaraan paman dengan ustadz lewat ponsel yang di loudspeaker langsung memberitahuku kalau ustadz besok mau datang ke rumah.
Bibi langsung menyiapkan jamuan - jamuan yang akan dihidangkan besok. Aku membantu bibi dalam persiapan itu.
Dalam benak aku berpikir, apa iya ustadz itu mau denganku?? Apa aku memang ditakdirkan untuk menikah dengan seorang ustadz..?? Apa aku sesholihah yang ustadz itu idamkan?? Karna aku merasa tak sesholiha itu.. Aku memang merubah penampilan dan perilakuku semenjak lulus kuliah. Namun, aku merasa masih ada sifat childisku dan slenge’an masih membekas pada diriku.
Tapi.. sudahlah, aku akan bersikap legowo saja. Kalu memang jodoh juga nggak akan lari ke mana.

12 Maret 2009
10.00 WIB...
ting tong... ting tong...
Terdengar suara bel rumah tandanya ada yang datang. Bergegas aku ambil jilbab yang selalu aku siapkan dekat tangga rumah supaya cepat memakainya di saat terburu-buru seperti ini.
Aku berjalan cepat menuju ruang tamu dan bergegas membuka pintu.
Terdengar salam dari balik pintu, “Assalamu’alaykum..”
“Waalaykumsalam...” jawabku sembari membukapintu untuknya.
Aku langsung tundukkan kepala setelah tau kalau tamu itu adalah seorang pria.
“Mbak berjilbab ya....” Sapa pria itu.
Kaget sekali aku saat dia memanggilku dengan sapaan itu, sapaan itu kan saat aku di kereta beberapa tahun yang lalu..
Deg deg deg.. aku tak berani menatap wajah pria itu, aku harus berkata apa kalau pria itu benar-benar pria kereta???
“Maaf, Anda ingin bertemu dengan siapa??? Tanyaku dengan wajah yang masih aku tundukkan.
“Em.. Saya ke sini akan bertemu dengan Paman Elbar Mbak..”
“Silahkan duduk di dalam.. saya akan memanggil paman..”
Bergegas aku panggil paman, paman pun datang menghampiri pria itu dan terdengar sapa salam mereka begitu akrab seperti sepasang sahabat yang lama sekali tak bertemu. Dalam obrolan mereka aku dengar paman menggil nama Fatih.
Apa benar dia Fatih yang seorang ustadz yang akan dijodohkan denganku?? Kalau benar, mengapa dia menyapaku dengan “Mbak berjilbab”. Selama kau berteman, teman-temanku tak pernah menggilku dengan sebutan itu. Yang aku ingat hanya pria kereta itu saja yang menggilku seperti itu karna tak tau namanya dan tak bertanya namaku.
Jantungku semakin berdegup kencang, bagaiman kalu ia adalah pria kereta itu?? Aku malu sekali..
Bagaimana mungkin kita bisa bertemu lagi kalo dia memnag benar-benar pria itu.
Daripada penasaran lagi, aku intip saja pria itu dari ruang tengahku. Aku benar-benar ingin tau siapa pria itu. Aku lupa-lupa ingat dengan wajah pria kereta itu..
Deeg!!! Hwaaaaaaaaaa.... benar!! Dia pria kereta!! Ada apa dia datang ke sini.
Kemudian paman masuk dan aku ketahuan lagi intip mereka, paman tersenyum dan menyuruhku untuk memanggil bibi. Sambil tersipu malu kepada paman, aku langsung saja memanggil bibi dan bibi langsung menggeretku untuk ikut dengannya ke ruang tamu.
Di ruang tamu, aku duduk bersama bibi dan paman, pria itu ada di hadapanku. Jantungku terus berdegup kencang, serasa mau copot.
“Ustadz.. kenalkan.. ini adalah keponakan saya, namanya Ana. Saat ini ia jadi dosen di salah satu perguruan tinggi di Jember..” “ Ana.. kenalkan ini ustadz Fatih Akbar yang ingin berkenalan denganmu.”
Aku kikuk sekali di hadapannya, aku salah tingkah karna setiap aku mau curi pandang selalu ketahuan olehnya. Dia terus menatapku. Aku benar-benar malu..
“Ana.. akhirnya kita bertemu di waktu yang indah..” ucap pria itu dengan lembut.
Kata-kata itu.... seperti tak asing bagiku. Aku pernah mendengarnya, ada seseorang yang berkata seperti itu padaku, tapi siapa?? Aku tak ingat. Sepertinya aku amnesia... Aku pelupa sekali.
Aku melihat paman dan bibi terkejut dan menampakkan wajah yang bingung mengapa Fatih ucapkan itu.
“Maksud Anda??? Tanya paman.
Fatih tersenyum kepada paman dan bibi dan berkata “Hati saya sudah memilihnya saat saya bertemu dengannya di kereta dari jogja beberapa tahun lalu, namun saya tak ada keberanian saya untuk tanya namanya dan tanya di mana saya bisa menghubunginya.”
Aku terperanjat kaget, mengangkat kepalaku dan menatap ia berbicara.
Hatiku seperti diguyur es seketika itu, tidak menyangka kalau ia berani berkata seperti itu dihadapan paman dan bibi.
Subhanallaah.. nampak besar penantiannya untuk bertemu denganku, orang yang hanya sebatas kenal di kereta.
“Ana... kau sudah dengar apa yang dia ucapkan. Bagaimana denganmu An...???” tanya paman padaku.
Aku hanya menundukkan teduh wajahku dengan mata terpejam dan ucap basmalah dalam hatiku dan anggukkan kepala sebagai tanda kalau aku mau menerimanya.

14 Maret 2009...
Saya terima nikahnya Ana Fitria Binti Fatkhurrohman dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan Alqur’an dibayar tunai.
Alhamdulillaah... aku lega mendengarnya. Fatih adalah orang pilihan Allah..
Setelah aku menikah, aku berbulan madu ke jogja, dia sangat mempesona.

00ooo00ooo00

Dia benar-benar sholih. Walau baru dalam hitungan hari aku menikah dengannya, aku merasakan betapa tulusnya ia mencintaiku.
Setiap malam, ia membelaiku dengan lembut, mesra. Dia kecup keningku. Aku benar-benar merinding karna dia orang yang pertama kali menyentuhku. Subhanallaah... aku benar-benar beruntung menjadi istrinya.
Syukur mendalam tak bisa ungkapkan dalam kata untuk-Mu Ya Rabb..
Sungguh, sungguh, aku mencintai suamiku.
Hari-haripun tlah kulewati bersama..
20 Maret 2009
Malam hari..
“Sayang... aku ingin memelukmu erat, tak ingin kulepas. Sungguh, sungguh aku mencintaimu” bisik suamiku.
Tersenyum ku melihatnya, sungguh romantisnya ia malam ini.. Aku merasakan ada yang berbeda dalam dirinya. Setiap kata yang ia ucapkan padaku, seolah ia akan meninggalkanku selamanya.
“Suamiku sayang... Aku juga cinta padamu, aku akan jaga cintamu hingga Allah berkehendak.”ucapku pada suamiku dengan menggenggam tangannya.
Kuberanikan diri untuk mencium pipi kanannya dan mengajaknya untuk melukis mimpi karna waktu tlah larut. Malam itu benar-benar indah...

21 Maret 2009
04.00..
“Sayang...bangun sayang... teh hangat untukmu telah siap di pagi ini...” ucapku pada suamiku.
“Bangun sayang... ayuk kita sholat shubuh bersama”
Gigihku membangunkan suamiku, namun ia juga tak kunjung bangun dari tidurnya. Tak biasanya ia susah dibangunkan.
Kudekati kembali ia, ku kecup keningnya, namun aku merasakan ada yang berbeda saat aku kecup keningnya. Aku pegang tangannya da sungguh kagetnya aku. Benar-benar terhentakku di pagi tiu. Tangannya terasa sangat dingin. Kubalik tubuhnya, hanya kata “innalillahi Wa inna ilaihi Roji’un” yang bisa aku ucapkan.
Air mata cinta, air mata untuk suamiku karna tlah kembali pada-Nya. Aku hanya bisa berdo’a semoga ia mendapatkan tempat yang indah di sisi-Nya.
Sungguh sungguh aku mencintaimu.. kata yang paling aku ingat dari suamiku tercinta.

00ooo00ooo00
Allah pertemukanku dengannya dalam waktu yang sangat singkat, saat bersamanya pun, aku mendapatkan waktu yang singkat. Seminggu tepat aku menikah dengannya, seminggu tepat pula ia meninggalkanku..
Hatiku kini menangis pilu ingat akan cintanya padaku.. Sungguh sungguh ia mencintaiku.. Aku beruntung pernah hidup dengannya walau hanya dalam hitungan hari.. Aku mencintai suamiku dengan sangat.


Kini... masih adakah cinta untukku?????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar